Makna Lagu dari Lauv – I Like Me Better
Makna Lagu dari Lauv – I Like Me Better. Siapa yang tidak mengenal intro ikonik bernuansa elektronik yang langsung disusul dengan suara lembut Lauv dalam lagu “I Like Me Better”? Sejak dirilis pada tahun 2017, lagu ini telah menjadi anthem bagi jutaan pasangan di seluruh dunia dan merajai berbagai tangga lagu internasional. Namun, di balik melodinya yang catchy dan nuansa musim panas yang ceria, lagu ini menyimpan kedalaman makna yang jauh lebih personal daripada sekadar makna lagu cinta biasa. “I Like Me Better” bukan hanya tentang mencintai orang lain; ini adalah sebuah pengakuan jujur tentang bagaimana kehadiran seseorang yang tepat bisa mengubah cara kita memandang diri sendiri.
Romansa Lagu Lauv – I Like Me Better di Tengah Hiruk Pikuk New York City
Inspirasi utama dari lagu “I Like Me Better” berakar kuat pada pengalaman pribadi Lauv saat ia baru saja pindah ke New York City. Dalam berbagai wawancara, penyanyi bernama asli Ari Leff ini menceritakan bahwa lagu tersebut ditulis berdasarkan kisah nyatanya saat menjadi mahasiswa baru di New York University (NYU). Saat itu, ia masih berusia 18 tahun, sendirian di kota besar, dan masih meraba-raba tentang siapa dirinya sebenarnya. Dalam ketidakpastian itulah, ia bertemu dengan seseorang yang mengubah perspektifnya.
Lirik pembuka lagu, “To be young and in love in New York City,” bukan sekadar latar tempat, melainkan sebuah pernyataan tentang atmosfer emosional. New York sering digambarkan sebagai kota yang keras, cepat, dan penuh tekanan. Bagi seorang remaja yang baru pindah, kota ini bisa terasa sangat mengintimidasi. Namun, kehadiran sang kekasih membuat kota yang asing itu terasa seperti rumah. Lauv menggambarkan bahwa cinta muda di kota besar sering kali menjadi tempat perlindungan.
Lebih jauh lagi, lagu ini menangkap esensi dari hubungan yang bergerak cepat namun terasa benar. Ada perasaan mendesak namun nyaman, seolah-olah waktu berhenti ketika mereka bersama. Lauv tidak menyembunyikan fakta bahwa saat itu ia “tidak tahu siapa dirinya” (to not know who I am), namun ia tahu satu hal pasti: ia merasa “baik-baik saja” selama orang tersebut ada di sampingnya. Ini adalah potret jujur dari masa transisi menuju dewasa, di mana cinta menjadi pegangan di tengah badai pencarian jati diri.
Transformasi Diri Lewat Kacamata Orang Lain
Inti emosional dari lagu ini terletak pada baris chorus-nya yang sederhana namun sangat kuat: “I like me better when I’m with you.” Kalimat ini menggeser fokus lagu dari sekadar memuja pasangan menjadi introspeksi diri. Lauv tidak mengatakan “Aku mencintaimu karena kamu cantik” atau “Aku mencintaimu karena kamu sempurna”. Sebaliknya, ia mengatakan bahwa ia mencintai versi dirinya sendiri yang muncul ketika ia sedang bersama pasangannya.
Secara psikologis, ini adalah bentuk cinta yang sangat sehat dan memberdayakan. Sering kali, kita menjadi versi terbaik dari diri kita saat berada di dekat orang yang mendukung dan menerima kita apa adanya. Pasangan yang tepat tidak menuntut kita berubah menjadi orang lain, melainkan memicu sifat-sifat positif yang mungkin selama ini terpendam. Mungkin Lauv merasa lebih percaya diri, lebih tenang, atau lebih berani menghadapi dunia saat bersama kekasihnya.
Lagu ini mengajarkan bahwa hubungan yang baik adalah hubungan yang bersifat transformatif. Bukan tentang ketergantungan, melainkan tentang enhancement atau peningkatan kualitas diri. Ada rasa syukur yang tersirat dalam liriknya—syukur karena telah dipertemukan dengan seseorang yang mampu mengeluarkan sisi terbaik dari dirinya, sisi yang bahkan Lauv sendiri mungkin belum sadari sebelumnya. Pesan ini sangat universal, karena pada akhirnya, kita semua mencari seseorang yang bisa membuat kita merasa nyaman dengan diri sendiri, tanpa perlu memakai topeng.
Keajaiban dari Sebuah Lagu Lauv – I Like Me Better Memo Suara Sederhana
Salah satu fakta paling menarik tentang “I Like Me Better” adalah proses produksinya yang jauh dari kata mewah. Lagu yang terdengar sangat polished dan mendunia ini ternyata bermula dari sebuah ketidaksengajaan di kamar tidur. Lauv mengungkapkan bahwa melodi dan konsep lagu ini tidak direncanakan secara matang di studio besar. Sebaliknya, ide lagu ini muncul begitu saja, dan ia merekam ide awalnya melalui fitur voice memo di iPhone miliknya.
Kesederhanaan proses kreatif ini justru menjadi kekuatan utamanya. Suara synth yang unik dan ketukan yang santai dalam lagu tersebut mempertahankan keaslian emosi yang dirasakan Lauv saat itu. Ia tidak berusaha membuat lagu yang rumit secara teknis; ia hanya ingin menangkap perasaan “jatuh cinta” tersebut secepat mungkin sebelum hilang. Bahkan, beberapa elemen suara dalam lagu tersebut dibiarkan terdengar “mentah” untuk menjaga nuansa nostalgia dan keintiman.
Hal ini membuktikan bahwa karya yang hebat tidak selalu lahir dari peralatan termahal, melainkan dari kejujuran rasa. Lirik “I knew from the first time, I’d stay for a long time” menggambarkan intuisi yang kuat. Lauv mempercayai intuisinya, baik dalam hubungan asmaranya maupun dalam proses bermusiknya. Keputusan untuk mempertahankan kesederhanaan aransemen membuat pesan lagu ini tersampaikan dengan lebih jernih langsung ke hati pendengarnya. Lagu ini terasa seperti obrolan larut malam yang hangat, bukan seperti produksi pabrikan industri musik.
Kesimpulan
Pada akhirnya, “I Like Me Better” adalah sebuah pengingat manis bahwa cinta tidak harus selalu rumit atau dramatis untuk menjadi bermakna. Lagu ini merayakan keindahan dari rasa nyaman dan penerimaan diri yang tumbuh melalui hubungan dengan orang lain. Lauv berhasil mengemas pengalaman personalnya menjadi sebuah lagu yang abadi, mengajarkan kita bahwa salah satu tanda terbesar dari cinta sejati adalah ketika kita bisa melihat ke cermin dan menyukai orang yang kita lihat di sana, berkat kehadiran seseorang yang spesial di sisi kita. Di tengah dunia yang sering menuntut kita untuk menjadi sempurna, lagu ini menawarkan kenyamanan bahwa menjadi diri sendiri—versi yang lebih baik—sudah lebih dari cukup.